Soko Kreatif

Dulu Dihina Beledag, Nangis Diam-Diam, Ai Iip Apipah Sukse 'Meledakkan' Keripik Kaca ke Seluruh Indonesia

Simak kisah inspiratif Ai Iip Apipah, pengusaha muda dari Ciamis yang sukses mengubah cemilan sederhana jadi keripik kaca terkenal di seluruh Indonesia.

By Cikal Sundana  | Sokoguru.Id
29 April 2025

Ai Iip Apipah: Pelopor Keripik Kaca dari Ciamis, Bangkit dari Nol hingga Membangun 500+ Pengrajin Lokal

SOKOGURU - Membangun bisnis dari nol tidaklah mudah. Hal ini dialami langsung oleh Ai Iip Apipah, seorang pengusaha muda asal Kawali, Ciamis, yang kini dikenal luas sebagai pelopor keripik kaca. 

Bagaimana perjuangan seorang gadis muda mengubah modal kecil menjadi bisnis besar yang berdampak bagi ribuan orang? Berikut dikutip dari Youtube Naik Kelas, yang mewawacari sang pegusaha sukses Ai Iip Apipah.

Baca Juga:

Dalam perjalanan bisnisnya, Ai Iip pernah merasakan pahitnya berjuang tanpa dukungan penuh dan harus bertahan saat keuangan berada di titik terendah. 

Modal yang ia gunakan untuk produksi barang sempat habis tanpa kepastian pembayaran dari distributor, bahkan sampai menunggu tujuh bulan lamanya. 

"Kalau bukan karena pertolongan Allah, mungkin saya sudah menyerah," ujar Ai Iip.

Baca Juga:

Menembus Rintangan dengan Keberanian

Semua bermula dari sekolah. Melihat peluang di lingkungan teman-teman sekelas, Ai Iip berinisiatif menjual makanan ringan buatan ibunya, yang pandai membuat camilan-camilan unik. 

Tanpa modal besar, ia memanfaatkan bahan-bahan sederhana yang tersedia di rumah.

Awalnya, cemilan tersebut dibawa ke sekolah dalam satu kantong plastik kecil. 

Sayangnya, tidak semua orang menerima kehadirannya. "Dulu ada teman yang ogah sekelas karena katanya bau beledag," kenang Ai Iip sambil tertawa. 

Bahkan, ia pernah ditolak menitipkan jualan di kantin sekolah.

Namun, keteguhan hatinya tak goyah. Ia tetap berjualan dengan cara sederhana, menyebar produk dari teman ke teman, hingga guru dan alumni sekolah pun menjadi pelanggan setianya.

Baca Juga:

Dari Air Mata ke Semangat Juang: Membuka Peluang dari Kesederhanaan

Meski sering menangis diam-diam karena rasa malu dan tekanan mental, Ai Iip memilih menyimpan keluh kesahnya sendiri. 

Ia khawatir bila mengadu kepada orang tua, niat berjualan justru dilarang.

"Setiap ada sisa jualan, saya lebih memilih membagikannya ke teman-teman daripada dibawa pulang, supaya orang tua tidak sedih," ujarnya.

Berbekal tekad kuat, ia terus bangkit. Keluarganya berasal dari latar belakang sederhana, tanpa pengalaman bisnis, sang ibu dulunya seorang TKW, sedangkan ayahnya peternak ayam. Segala ilmu usaha ia pelajari secara otodidak, langsung dari pengalaman lapangan.

Baca Juga:

Membangun Bisnis di Tengah Tantangan dan Membuka Lapangan Kerja

Perjalanan membangun pabrik kecil dimulai tanpa modal besar. Setiap keuntungan dikumpulkan untuk memperbesar produksi. 

Tahun demi tahun, bisnis berkembang pesat, terutama setelah pandemi COVID-19.

Saat itu, permintaan keripik kaca melonjak tajam hingga produksi mencapai 2,3 ton per hari. 

"Waktu itu, orang-orang sampai antre nunggu barang, bahkan ada yang nginap di pabrik," kata Ai Iip.

Jumlah karyawan pun meningkat drastis dari belasan orang menjadi 52 orang di pabrik. 

Belum lagi, jaringan pengepul dan pengrajin mandiri di desa-desa sekitar yang mencapai lebih dari 500 orang.

"Alhamdulillah, meski bukan semuanya kerja di sini, setidaknya banyak masyarakat sekitar yang terbantu secara ekonomi," tambahnya.

Baca Juga:

Keripik Kaca: Dari Cemilan Sederhana Menjadi Tren Nasional

Uniknya, sebutan "keripik kaca" lahir bukan dari Ai Iip sendiri, melainkan dari konsumen di Madura. 

Mereka mempopulerkan sebutan tersebut hingga menyebar ke Cirebon, Bandung, dan Majalengka. 

Kini, produk yang dulu disebut beledag lebih dikenal dengan nama keripik kaca di seluruh Indonesia.

Berawal dari sekantong kecil, kini keripik kaca menjadi industri rumahan yang menghidupi banyak keluarga. 

Para ibu rumah tangga yang tadinya menganggur kini menjadi pengrajin aktif, bahkan dibantu oleh suami mereka yang pulang dari kota.

Baca Juga:

Semangat yang Tidak Pernah Padam: Modal Mental dan Mimpi Besar

Bagi Ai Iip, modal utama dalam berjualan bukan hanya uang, melainkan mental baja. 

Ia sadar betul bahwa dunia sekolah penuh gengsi, namun memilih untuk berani tampil berbeda demi cita-citanya.

"Saya berpikir, orang yang membuat saya malu belum tentu bisa membiayai dirinya sendiri. Sementara saya ingin mandiri dari hasil keringat sendiri," jelas Ai Iip.

Kini, di usianya yang baru 25 tahun, Ai Iip berhasil membuktikan bahwa konsistensi, keberanian, dan doa mampu mengubah mimpi menjadi kenyataan. 

Ia bahkan bercita-cita memperluas dampak bisnisnya, agar lebih banyak masyarakat, terutama di Desa Citeureup dan sekitarnya, bisa mandiri secara ekonomi.

Baca Juga:

Ayo Dukung UMKM Lokal: Jadilah Bagian dari Perubahan!

Kisah Ai Iip Apipah membuktikan bahwa ketekunan bisa melahirkan perubahan besar. 

Dari pengalaman pahit ditolak kantin sekolah, kini ia menjadi sumber inspirasi bagi ribuan pengrajin keripik kaca di berbagai daerah.

Mari dukung pelaku UMKM lokal seperti Ai Iip dengan memilih produk-produk mereka. 

Bukan hanya menikmati lezatnya keripik kaca, kita juga turut berkontribusi membangun ekonomi masyarakat!

Langkah kecil Anda hari ini bisa menjadi perubahan besar bagi banyak orang! (*)

Sumber: Youtube Naik Kelas